Spiga

Selasa, 30 Desember 2008

Mari Berfilsafat (Bagian 5) "Makhluk yang aneh"

Sekali lagi aku katakan bahwa satu-satunya yang kita butuhkan untuk menjadi seorang filosof yang baik adalah rasa ingin tahu!

Bayi-bayi mempunyai rasa ini. Itu tidak mengherankan. Setelah beberapa bulan di dalam rahim mereka keluar dan menghadapi suatu realitas yang sama sekali baru. Tapi sementara mereka bertambah besar rasa ingin tahu itu tampaknya berkurang. Mengapa begini? Tahukah kamu?


Jika seorang bayi yang baru lahir dapat berbicara, ia mungkin akan mengatakan seuatu tentang dunia luar biasa yang dimasukinya. Kita melihat bagaimana dia melihat berkeliling dan meraih apa saja yang dilihatnya dengan penuh rasa ingin tahu.

Ketika kata-kata mulai dapat di ucapkannya, anak itu akan menatap dan mengatakan “Guk-guk” setiap kali dia melihat seekor anjing. Ia melompat-lompat di dalam kereta dorongnya, melambai-lambaikan tangannya: “Guk-guk! Guk-guk! Kita yang lebih tua dan lebih tahu biasanya merasa agak kecapaian melihat semangat si anak. “Baiklah, baiklah, itu guk-guk,” kita bilang, tidak terkesan. “Ayo, duduklah yang manis.” Kita tidak terpesona. Kita sudah pernah melihat seekor anjing sebelumnya.

Pemandangan yang menggambarkan kegembiraan hatinya itu mungkin akan berulang ratusan kali sebelum si anak belajar untuk melewati seekor anjing tanpa menjadi rebut. Atau seekor gajah, atau seekor angsa. Namun jauh sebelun anak itu belajar berbicara dengan benar, dan jauh sebelun ia belajar untuk berpikir secara filosofis, dunia pasti menjadi sesuatu yang biasa baginya.

Tentu saja jangan tanya pendapatku.
Dalam tulisan ini saya hanya ingin kita tidak tumbuh menjadi salah seorang dari mereka yang menganggap dunia begini karena sudah seharusnya begitu. Sekedar untuk memastikan saja, kita akan melakukan beberapa eksperimen dalam pikiran sebelum kita mulai dengan pelajaran itu sendiri.

Bayangkan bahwa suatu hari kita keluar untuk berjalan-jalan di hutan. Tiba-tiba kita melihat sebuah pesawat ruang angkasa kecil di atas jalan di depan kita. Seorang Mars mungil memanjat keluar dari pesawat ruang angkasa itu dan berdiri di atas tanah sambil memandang kita…

Apa yang akan kita pikirkan? Pernahkah terlintas dalam benak kita tentang kenyataan bahwa sesungguhnya kita sendirilah si orang Mars itu?

Memang sangat mustahil bahwa kita akan pernah bertemu dengan seorang makhluk dari planet lain. Kita bahkan tidak tahu apakah ada kehidupan di planet-planet lain. Tapi kita mungkin akan menemukan diri kita sendiri pada suatu hari nanti. Kita mungkin akan berhenti dengan tiba-tiba dan memandang diri kita sendiri dengan suatu kesadaran yang sama sekali baru.

Nah itu tentu saja belum selesai, kisah dan contohnya kita sambung di tulisan berikutnya OK…. Selamat berpikir…

2 komentar:

octiar kusumawardani mengatakan...

bagus. aku suka...
sekarang aku juga mau berpikir.

anak nelayan mengatakan...

salam kenal yaaa..linkmu dah tak pasang