Spiga

Sabtu, 27 Desember 2008

Mari Berfilsafat (Bagian 4) "Mencari Sesuatu"

Nah gimana “Mari Berfilsafat (bagian3)” seru kan…, Ok kita berlanjut lagi…

Pencarian kebenaran yang dilakukan oleh para filosof menyerupai sebuah cerita detektif. Sebagian orang berpendapat Budi adalah pembunuhnya, sementara menurut orang lain Dhani atau Tiara. Polisi kadang-kadang mampu memecahkah suatu kasus pembunuhan sungguhan. Namun kemudian pula meraka tidak pernah sampai ka dasarnya, meskipun ada pemecahan di suatu tempat. Maka meskipun sulit untuk menjawab suatu pertanyaan, barang kali ada satu dan hanya satu jawaban yang tepat. Entah itu adanya semacam eksistensi setelah kematian atau tidak ada.


Banyak teka-teki kuno yang kini telah berhasil dijelaskan dengan ilmu pengetahuan. Seperti apa sisi gelap bulan itu sebelumnya pernah terselubungi misteri. Dulu, itu bukanlah suatu yang dapat dipecahkan lewat diskusi, melainkan diserahkan pada imajinasi setiap individu. Tetapi kini kita tahu dengan tepat seperti apa sisi gelap bulan itu, dan tak seorang pun masih “percaya” pada Manusia di Bulan, atau bahwa bulan itu terbuat dari keju.

Seorang filsuf Yunani yang hidup lebih dari dua ratus tahun yang lalu percaya bahwa awal mula filsafat adalah rasa ingin tahu manusia. Manusia menganggap betapa menakjubkannya hidup itu sehingga pertanyaan-pertanyaan filosofis pun muncul dengan sendirinya.

Seperti menonton tipuan sulap. Kita tidak mengerti bagaimana tipuan itu dilakukan. Maka kita bertanya : bagaimana pesulap itu mengubah sepasang selendang sutera putih menjadi seekor kelinci hidup?

Banyak orang menjalani pengalaman di dunia dengan ketidak percayaan yang sama seperti ketika seorang pesulap dengan tiba-tiba menarik seekor kelinci dari topinya padahal sebelumnya telah ditunjukan bahwa topi itu kosong.

Dalam kasus kelinci, kita tahu bahwa pesulap itu telah memperdaya kita. Yang ingin kita ketahui hanyalah bagaimana dia melakukannya. Tapi jika menyangkut dunia masalahnya agak berbeda. Kita tahu bahwa dunia bukanlah hasil sulapan tangan dan tipuan sebab kita berada disini di dalamnya, kita merupakan bagian darinya.sesungguhnya, kita adalah kelinci putih yang ditarik keluar dari topi. Satu-satunya perbedaan antara kita dan kelinci putih itu adalah bahwa kelinci tidak menyadari dirinya ikut ambil bagian dalam suatu tipuan sulap. Tidak seperti kita. Kita merasa kita adalah bagian dari suatu yang misterius dan ingin tahu bagaimana cara kerjanya.

NB : Sepanjang menyangkut kelinci putih, barang kali lebih baik kita membandingkannya dengan seluruh alam raya. Kita yang hidup disini adalah serangga-serangga mikrokopis yang hidup disela-sela bulu kelinci. Namun para filosof selalu berusaha untuk memanjat helaian lembut dari bulu binatang itu untuk dapat menatap langsung kemata si tukang sulap.

Gimana temen-temen…, masih menyimakkah…, ok “Mari Berfilsafat (bagian 4)” sampai disini…, sekali lagi coba kita pahami dan resapi dari bagian 1, insya allah ada Tess…..-nya…(kayak di iklan aja..) huhuhu…

Tidak ada komentar: