Seluruh konsep alienasi ini di ungkapkan pertama kali dalam dunia barat pada konsep pemujaan berhala dalam konsep perjanjian lama essensi apa yang disebut para nabi sebagai “Syirik” bukanlah manusia menyembah banyak Tuhan, meskipun sebenarnya hanya ada satu Tuhan. Syirik itu berarti pemujaan pada karya tangan manusia sendiri, yakni barang-barang; manusia tunduk dan menyembah barang-barang; menyembah apa yang diciptakannya sendiri. Dalam melakukan hal ini manusia mentransformasikan diri menjadi sebuah barang. Dia berubah menjadi barang ciptaannya sendiri. Dan dia hanya berhubungan dengan dirinya sendiri ketika mengalami musyrik, dia terpisah dari kekuatan-kekuatannya sendiri, dari kekuatan potensialitas sendiri. Dan dia hanya dapat berhubungan dengan dirinya secara tidak langsung, serta tunduk pada hidupnya yang membeku dalam berhala-berhala.
Semakin manusia memindahkan kekuasaannya pada berhala-berhala, semakin dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri, dan semakin ia bergantung pada berhala-berhala, semakin sedikit bagian dari dirinya yang asli yang dapat diperolehnya. Syirik ini tidak hanya mengubah status objek-objek tersebut, dan syirik ini tidak berarti menyembah objek-objek tersebut yang kemudian memiliki apa yang disebut makna religius. Syirik selalu pemujaan pada sesuatu, dan dengan cara ini manusia memberikan kekuasaan kreatifnya kepada sesuatu ini. Manusia tunduk kepadanya, meskipun manusia masih berperilaku kreatif. Diantara banyak bentuk alienasi, yang paling sering muncul adalah alienasi bahasa. Jika saya mengungkapkan perasaan saya dengan sebuah kata, misalnya saya mengatakan, “I Love You”, kata ini diartikan sebagai indikasi sebuah realitas yang ada dalam diri saya, yakni kekuasaan mencintai yang saya miliki. Kata “Cinta” dimaknai sebagai simbol fakta adanya cinta, tetapi segera setelah diucapkan kata itu cenderung mengasumsikan kehidupan cinta itu sendiri, kata tersebut menjadi sebuah realitas. Saya sedang dalam ilusi bahwa mengatakan kata tersebut sama dengan mengalaminya, dan segera setelah mengatakan kata”cinta” itu,saya tidak merasakan apa-apa, kecuali pemikiran tentang cinta yang diungkapkan oleh kata tersebut. Alienasi bahasa menunjukan seluruh kompleksitas alienasi. Bahasa merupakan prestasi manusia yang paling tinggi. Tetapi menghindari alienasi dengan tanpa berkata-kata merupakan kebodohan. Orang harus selalu menyadari adanya bahaya yang ditimbulkan oleh kata yng telah diucapkan, karena kata yang telah diucapkan akan mengantikan dirinya dengan pengalaman yang hidup. Alienasi yang sama juga mengancam seluruh prestasi manusia lainnya yakni ide, seni dan objek-objek buatan manusia. Semua ini adalah ciptaan manusia, alat bantu yang berharga bagi kehidupan manusia; setiap alat bantu merupakan perangkat, godaan untuk membinggungkan hidup dengan barang-barang, pengalaman dengan artefak, perasaan dengan penyerahan dan ketundukan.
Bagi Marx, proses alienasi diungkapkan dalam kerja dan pembagian buruh. Kerja baginya adalah keterhubungan aktif manusia dengan alam, penciptaan sebuah dunia baru, termasuk penciptaan dirinya sendiri. (aktifitas intelektual tentu saja bagi Marx kerja, sebagaimana aktifitas manual atau seni.) tetapi karena kepemilikan pribadi dan pembagian buruh berkembang, buruh menjadi kehilangan sifatnya yang merupakan ungkapan dari kekuasaan manusia; buruh dan produk-produknya mengasumsikan sebuah eksistensi yang terpisah dari manusia, keinginan dan rencananya. “Objek yang dihasilkan buruh, produknya, ini bertentangan dengan dirinya; objek itu menjadi makhluk asing dan kekuasaan yang terbebas dari pembuatannya. Produk buruh adalah buruh yang telah diwujudkan dalam sebuah objek dan berubah menjadi objek fisik; produk ini merupakan objektifikasi buruh.” Buruh teralienasi karena kerja telah berhenti menjadi bagian sifat pekerja dan “konsekuensinya, buruh tidak memenuhi dirinya dalam pekerjaannya, tetapi menolak dirinya, memiliki perasaan sengsaraan daripada menjadi makhluk yang baik, tidak mengembangkan energi mental dan fisiknya secara bebas, tetapi tenaganya terkuras dan mentalnya terserabut. Oleh karena itu, pekerja merasa dirinya nyaman hanya selama masa senggangnya, sedangkan ketika bekerja dia merasa tidak nyaman.” Maka, ketika melakukan produksi, hubungan antara pekerja dan aktifitasnya dialami “sebagai sesuatu yang asing dan tidak menjadi miliknya, aktifitas sebagai penderitaan (pasifitas), kekuatan sebagai ketidak berdayaan, penciptaan sebagai pengebirian.” Ketika manusia kemudian teralienasi dari dirinya, produk buruh menjadi “sebagai objek asing yang menguasainya. Hubungan ini pada saat yang bersamaan merupakan hubungan dengan dunia eksternal dengan objek-objek alam, sebagai dunia yang asing dan bermusuhan.” Marx menekan dua hal : pertama, dalam proses kerja, khususnya kerja dalam kehidupan kapitalisme, manusia diciptakan dari kekuasaan kreatifnya sendiri; dan kedua, objek-objek kerjanya sebagai makhluk-makhluk asing, dan akhirnya menguasainya, menjadi kekuasaan yang independen dari pembuatnya.“ buruh ada untuk proses produksi, dan bukan proses produksi ada untuk buruh,”
Marx melanjutkan lebih jauh. Dalam kerja yang tidak teralienasi manusia bukan hanya mewujudkan dirinya sebagai seorang individu, tetapi juga sebagai sebuah makhluk species. Bagi marx, juga bagi Hegel dan banyak pemikir abad pencerahan lain, setiap individu mempresentasikan species, yakni kemanusiaan sebagai keseluruhan universalitas manusia : perkembangan manusia terhamparnya seluruh kemanusiaannya. Dalam proses kerja, manusia “ tidak lagi memproduksi dirinya hanya secara intelektual, sebagaimana dalam kesadaran, tetapi secara aktif dan penuh rasa, dan melihat bayangnya sendiri disebuah dunia yang telah dibentuknya. Oleh karena itu ketika buruh yang teralienasi oleh produksinya dari manusia, dia juga menjauhkan kehidupan speciesnya, objektifitas nyatanya sebagai sebuah makhluk species, menghilangkan kelebihannya dibanding binatang, begitu jauh sehingga tubuh anorganis dan wataknya lenyap. Hanya ketika buruh teralienasi mentransformasikan aktifitasnya secara bebas dan memiliki tujuan sendiri menjadi sebuah alat, dia mentransformasikan sebuah species manusia, menjadi alat eksistensi fisik. Kesadaran, yang memiliki manusia dari speciesnya, ditransformasikan melalui alienasi sehingga kehidupan species menjadi sebuah alat untuknya.”
Marx berasumsi bahwa alienasi kerja yang mengalir sepanjang sejarah mencapai puncaknya dalam masyarakat kapitalis, dan bahwa kelas pekerja menjadi kelompok yang paling teralienasi. Asumsi ini didasarkan pada ide bahawa pekerja, yang tidak mempunyai peran untuk menentukan arah kerjanya, yang dipekerjakan sebagai bagian dari mesin yang dilayani, ditransformasikan menjadi barang yang bergantung pada modal. Oleh karenanya, bagi Marx,”pembebasan masyarakat dari kepemilikan pribadi, dari perbudakan,mengambil bentuk politik sebagai pembebasan para pekerja; bukan dalam pengertian bahwa hanya pembebasan pekerjalah yang muncul tetapi pembebasan ini mencakup pembebasan kemanusiaan secara keseluruhan. Perbudakan itu terjadi dalam hubungan antara pekerja dan produksi dan semua jenis perbudakan hanya merupakan modifikasi atau konsekuensi dari hubungan ini.”
Alienasi kerja dalam produksi manusia jauh lebih besar daripada alienasi yang terjadi ketika produksi dikerjakan dengan keterampilan tangan.”di Industri kerajinan, pekerja memanfaatkan sejumlah alat bantu, tetapi di pabrik, pekerjalah yang harus mengikuti gerakan mesin. Di Industri kerajinan, para pekerja merupakan bagian dari sebuah dari sebuah mekanisme hidup, sedangkan di pabrik kita menjumpai sebuah menkanisme tanpa nyawa, terbebas dari pekerja, yang sekedar menjadi tambahan yang bernyawa.” Demikian hal-hal terpenting yang harus diketahui untuk memahami konsep alienasi Marx yang tetap menjadi fokus pemikiran Marx muda yang menulis Manuskrip tentang ekonomi dan filsafat, dan Marx tua yang menulis Capital. Selain contoh-contoh yang telah dipapakan diatas kutipan-kutipan berikut, satu dari manuskrip tentang ekonomi dan filsafat, dan satu dari Capital, akan ebih menjelaskan kelanjutan pemikiran Marx :
“Fakta sederhana ini mengimplikasikan bahwa objek hasil produksi buruh, produknya, kini menentangnya, sebagai barang asing,kekuasaan yang terbebas dari pembuatannya. Produk buruh ini adalah buruh yang telah mewujud menjadi sebuah objek dan kemudian berubah menjadi sebuah barang fisik; produk ini merupakan objektifikasi buruh. Bentuk kerja padasaat yang bersamaan menjadi objektifikasi. Bentuk kerja dilihat oleh ekonomi politik sebagai peniadaan buruh, objektifikasi sebagai penghilangan dan sebagai ketundukan pada objek, dan apropriasi sebagai alienasi.”
Kemudian yang ditulis Marx dalam Capital: “ Di dalam sistem kapitalis, semua metode untuk membangkitkan produktivitas sosial buruh dihasilkan oleh buruh individual;semua alat untuk mengembangkan produksi mengubah dirinya menjadi sebuah alat untuk menguasai dan untuk mengeksploitasi pembuatnya. Alat-alat tersebut merusak buruh sehingga menjadi sekedar bagian dari manusia, mendegardasikan manusia sampai menjadi bagian dari mesin, menghancurkan setiap sisa daya tarik dalam kerjanya dalam mengubah buruh menjadi pekerja yang dibenci. Alat-alat tersebut memisahkan potensialitas intelektualnya daridiri buruh sebagaimana sains yang dimilkinya sebagai sebuah kekuasaan yang independen.”
Bagi Marx Alienasi dalam proses kerja, dari produk kerja dan lingkungan, tidak bisa dipisahkan dengan alienasi dari diri manusia sendiri, dari sesama manusia dan alam. Manusia yang teralienasi ini bukan hanya teralienasi dari dari sesamanya, tetapi juga teralienasi dari ke-ada-an speciesnya, kedua alienasi bersifat alamiah dan spiritual. Alienasi dari esensi manusia mengarah pada egotisme eksistensial, yang digambarkan Marx sebagai esensi manusia yang menjadi” sebuah alat eksistensi individualnya. Buruh yang teralienasi itu terasing dari tubuhnya sendiri, alam eksternal, kehidupan mental da kehiduan manusia.”
Alienasi mengarah pada pemeliharaan semua nilai. Dengan membuat ekonomi dan nilai-nilainya-“keuntungan kerja, hemat dan ketenangan hati”-sebagai tujuan hiudp yang tertinggi, manusia telah gagal mengembangkan nilai-nilai yang tertinggi,manusia gagal mengembangkan nilai-nilai moral yang benar,”kaya dengan hati nurani, kebenaran dan lain sebagainya. Bagaimana saya dapat menjadi benar jika saya tidak hidup, dan bagaimana saya dapat memiliki hati nurani jika saya tidak menyadari segala sesuatu?”. Dalam keadaan teralienasi,s etiap bidang kehidupan, ekonomi dan moral, menjadi independen dari bidang kehidupan lainnya” setiap bidang kehidupan terkonsentrasi pada sebuah bidang kegiatan khusus yang teralienasi dan dengan sendirinya teralienasi dengan bidang kegiatan lainnya*.
*Disadur dalam buku Konsep manusia menurut Marx, Erich Fromm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar